Kisah Nyata Pendakian Horor Gunung Abbo Maros: Eva, Pendakian Terakhir

Pada suatu malam yang gelap dan berkabut, seorang pendaki wanita bernama Eva memulai pendakian terakhirnya. Perjalanan ini seharusnya menjadi sebuah ekspedisi biasa, namun nasib berkata lain. Gunung yang ia pilih bukan sembarang gunung. Mitos mengenai gunung ini sudah lama beredar di kalangan para pendaki. Mereka bilang, gunung ini memiliki "penjaga" yang tak terlihat, dan siap mengganggu siapa saja yang mencoba menaklukkannya.

Eva adalah seorang pendaki berpengalaman yang sudah menaklukkan berbagai puncak gunung di seluruh dunia. Namun, meskipun ia sudah sering mendaki di alam liar, ada sesuatu yang terasa berbeda pada malam itu. Sejak pertama kali melangkah ke jalur pendakian, ia merasa bahwa ada yang mengawasi.

Saat mulai memasuki hutan lebat, kabut semakin tebal dan hawa semakin dingin. Eva merasa seperti ada yang mengikuti setiap langkahnya. Namun, ia berusaha menepis perasaan itu. Mungkin hanya imajinasinya yang berlebihan.

Pukul tengah malam, Eva memutuskan untuk mendirikan kemah dan beristirahat. Di tengah tidur yang gelisah, Eva terbangun oleh suara langkah kaki yang datang dari jauh. Namun, tidak ada orang lain yang terlihat. Ia mencoba untuk tidur kembali, tetapi suara langkah itu semakin dekat. Hati Eva berdegup kencang. Ia membuka pintu tenda dan melihat ke sekeliling. Tak ada siapapun. Hanya kabut dan kesunyian yang terasa mencekam.

Tengah malam berlalu begitu saja, dan Eva kembali melanjutkan pendakian keesokan paginya. Pikirannya yang gelisah mulai teralihkan oleh pemandangan indah di sekitar jalur pendakian. Namun, semakin tinggi ia mendaki, semakin kuat perasaan bahwa ia tidak sendirian. Di suatu titik, ia mendapati sebuah batu besar yang terletak di tepi jurang. Batu itu terlihat sangat aneh, seakan-akan disusun dengan sangat rapi, seolah-olah bukan hasil alam.

Tanpa pikir panjang, Eva memutuskan untuk melanjutkan perjalanan meskipun rasa cemas terus menghinggapinya. Namun, saat melangkah lebih jauh, ia mulai merasa bahwa langkahnya semakin berat. Beberapa kali ia merasa seperti ada tangan tak terlihat yang menariknya ke belakang.

Di puncak, ia berdiri memandang seluruh lembah yang terbentang di bawahnya. Pemandangan itu memukau, tetapi ada sesuatu yang tidak wajar. Di kejauhan, Eva melihat bayangan seseorang berdiri di sana. Wajahnya tak terlihat jelas, tetapi tubuhnya tampak seperti seorang pendaki yang terjebak di tengah badai salju. Eva merasa ngeri, tetapi bayangan itu tak bergerak.

Dengan langkah tergesa, Eva memutuskan untuk turun. Namun, jalur yang sebelumnya ia lewati kini terasa asing. Semakin dalam ia berjalan, semakin terjebak ia dalam kabut yang semakin tebal. Perasaannya semakin kacau. Bahkan, ia merasa seperti melangkah mundur ke tempat yang sudah ia lewati.

Ketika akhirnya ia sampai di kemah, ia melihat seseorang sedang berdiri di pintu tenda. Namun, sosok itu bukan manusia—melainkan sosok yang sangat tinggi, dengan wajah yang dipenuhi luka-luka dan tangan panjang yang menggantung.

Eva mencoba berlari, namun sepertinya ada kekuatan yang menghalangi langkahnya. Ia tidak bisa bergerak. Sebuah suara dalam kepalanya bergema, mengingatkannya akan mitos gunung tersebut: siapa pun yang mencoba menaklukkan puncaknya, akan menjadi bagian dari penjaga gunung itu.

Pada akhirnya, Eva tidak pernah kembali dari pendakian terakhirnya. Hanya tenda dan peralatan pendakiannya yang ditemukan di jalur pendakian. Hingga kini, cerita Eva dan pendakian terakhirnya menjadi salah satu cerita horor yang mengerikan bagi para pendaki. Gunung itu pun tetap berdiri tinggi, menjaga misteri dan kehororannya.

Posting Komentar

0 Komentar