Hipotermia: Ciri-ciri, Penyebab dan Penanganan

Hipotermia adalah kondisi serius ketika tubuh kehilangan panas lebih cepat daripada kemampuannya untuk memproduksi panas, sehingga suhu inti tubuh turun drastis di bawah batas normal yaitu 37°C. Penurunan ini bukan hanya membuat tubuh menggigil, namun bisa mengancam jiwa jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Kondisi ini sering terjadi saat seseorang berada dalam cuaca dingin ekstrem, terlebih jika tidak dilengkapi perlengkapan yang memadai.

Penyebab Hipotermia

Beberapa faktor utama penyebab hipotermia antara lain:

  1. Suhu dan cuaca ekstrem, Cuaca dingin di pegunungan atau hutan dapat menurunkan suhu tubuh dalam waktu singkat, apalagi jika suhu udara disertai hujan, kabut, atau angin kencang.
  2. Pakaian basah. Pakaian yang basah karena hujan, salju, atau keringat mempercepat hilangnya panas tubuh. Bahan seperti katun dan jeans sangat lambat mengering dan bisa memerangkap air di dekat kulit.

  3. Kurangnya asupan makanan tinggi kalori. Tubuh memerlukan energi dalam bentuk kalori untuk menjaga suhu tetap stabil. Kekurangan makanan berkalori tinggi akan membuat tubuh lemah dan rentan terhadap pendinginan berlebih.

Gejala-Gejala Hipotermia

Mengenali gejala hipotermia sangat penting agar dapat memberikan pertolongan sedini mungkin. Gejalanya antara lain:

  • Tubuh menggigil hebat
  • Kulit tampak pucat, kering, dan terasa dingin
  • Perubahan mental seperti bingung, gelisah, atau bertindak tidak logis
  • Kehilangan kesadaran atau tampak mengantuk berat
  • Napas menjadi pelan dan pendek
  • Denyut jantung melambat dan melemah

Semakin parah hipotermia, semakin sulit tubuh untuk menggigil, hingga akhirnya berhenti menggigil sama sekali. Inilah titik berbahaya karena tubuh sudah sangat lemah.

Penanganan Hipotermia

Penanganan korban hipotermia tergantung dari tingkat kesadarannya:

1. Jika Korban Dalam Keadaan Sadar

  • Ganti pakaian basah dengan yang kering dan hangat. Lepaskan pakaian basah secara hati-hati. Hindari gerakan mendadak karena tubuh korban sedang sangat sensitif.
  • Beri minuman hangat (bukan alkohol atau kafein). Minuman hangat seperti teh atau susu hangat membantu meningkatkan suhu tubuh dari dalam.
  • Berikan makanan berkalori tinggi. Contohnya cokelat, kacang, sereal, atau makanan manis lainnya yang cepat diubah tubuh menjadi energi.
  • Dorong untuk bergerak ringan. Setelah mulai hangat, gerakan ringan seperti menggoyangkan jari kaki atau tangan membantu sirkulasi darah. Tapi jangan sampai berkeringat!
  • Ciptakan kehangatan di sekitar. Nyalakan api unggun jika memungkinkan, jauhkan dari angin, dan pastikan api tidak terlalu besar agar aman.

2. Jika Korban Tidak Sadar

  • Ganti pakaian basah dengan yang kering secara perlahan. Harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena tubuh korban sangat rentan.
  • Masukkan korban ke dalam sleeping bag atau bungkus dengan thermal blanket. Lebih baik lagi jika sleeping bag dihangatkan terlebih dahulu.
  • Gunakan metode kulit ke kulit. Orang dengan suhu tubuh normal (dan sejenis kelamin) bisa masuk ke sleeping bag bersama korban, peluk tubuh korban agar panas tubuh menular langsung.
  • Berusaha menyadarkan korban. Panggil namanya, tepuk pelan pipinya, cubit ringan. Terus beri stimulus hingga ada respons.
  • Setelah sadar, lanjutkan penanganan seperti pada korban sadar. Perlakukan seperti penanganan di atas agar suhu tubuh tetap naik stabil.

Pencegahan Hipotermia

Mencegah tentu lebih baik daripada mengobati. Berikut langkah-langkah praktis untuk mencegah hipotermia selama berkegiatan di alam:

  1. Gunakan perlengkapan sesuai prosedur pendakian. Bawalah jaket gunung tiga lapis: polar, windproof, dan waterproof. Celana lapangan berbahan quickdry, sleeping bag berkualitas, sarung tangan, kaos kaki hangat, dan raincoat wajib masuk ransel.
  2. Hindari kontak langsung dengan air. Jangan menunda mengenakan jas hujan hanya karena hujan ringan. Rintik hujan bisa membuat pakaian basah total dalam waktu lama.
  3. Jangan memakai celana jeans saat mendaki. Jeans menyerap air dan butuh waktu lama untuk kering, menjebak hawa dingin di dekat kulit.
  4. Segera ganti pakaian basah. Jangan tunggu tubuh menggigil baru bertindak. Gantilah segera saat pakaian mulai basah.
  5. Tidur dengan perlindungan maksimal dari dingin. Gunakan matras, sleeping bag, jaket tebal, kaus kaki ganda, dan penutup kepala seperti kupluk.
  6. Konsumsi makanan yang cepat diubah menjadi energi. Sediakan makanan seperti gula merah, cokelat, kurma, dan kacang-kacangan sebagai “bahan bakar” tubuh.
  7. Waspadai angin dingin (wind chill). Saat angin kencang, segera pakai penutup kepala (kerpus atau balaclava), sarung tangan, dan jaket tahan angin. Wind chill bisa membuat suhu terasa lebih dingin daripada sebenarnya.
  8. Jujur dengan kondisi tubuh. Jika merasa lemah atau kedinginan, segera beri tahu rekan tim atau leader. Jangan malu. Rasa malu tidak menyelamatkan nyawa—tapi kerja sama tim bisa.

Hipotermia sering terjadi diam-diam. Banyak orang tidak sadar bahwa tubuh mereka sedang memasuki fase kritis. Terlebih jika sedang mendaki malam, kelelahan, atau tidak cukup istirahat, gejala seperti mengantuk bisa dianggap biasa padahal itu tanda bahaya.

Karena itu, penting untuk tidak hanya menyiapkan perlengkapan, tetapi juga pengetahuan dan kepekaan terhadap kondisi tubuh sendiri maupun rekan seperjalanan. Dalam ekspedisi di alam bebas, terutama di pegunungan, kemampuan untuk bertahan hidup bukan hanya soal fisik yang kuat, tapi juga kecerdasan membaca kondisi dan saling peduli.

Dengan persiapan matang, kewaspadaan tinggi, serta komunikasi yang baik antaranggota tim, risiko hipotermia bisa ditekan seminimal mungkin. Jadikan keselamatan sebagai prioritas utama, karena pendakian bukan soal siapa tercepat mencapai puncak, tapi siapa yang bisa pulang dengan selamat dan membawa cerita.

Posting Komentar

0 Komentar