Gowa – Ribuan pendaki dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan memadati jalur-jalur menuju puncak Gunung Bawakaraeng dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia. Tradisi tahunan yang dikenal sebagai Pendakian Merah Putih ini kembali menjadi magnet ribuan pecinta alam, spiritualis, maupun masyarakat umum yang ingin menancapkan bendera merah putih di ketinggian 2.830 mdpl.
Hingga laporan diterima pada Senin (17/8/2025) pukul 15.00 WITA, tercatat total 4.189 orang pendaki telah berada di jalur resmi menuju puncak maupun kawasan sekitarnya.
Jumlah Pendaki per Jalur
Data rinci menunjukkan padatnya arus pendakian sejak malam 16 Agustus hingga pagi 17 Agustus. Adapun jumlah pendaki yang terhimpun sebagai berikut:
- Jalur Bulu Balea: 1.706 orang
- Jalur Lembanna: 390 orang
- Jalur Tassoso: 1.230 orang
- Jalur Panaikang: 690 orang
- Pendaki menuju Lembah Ramma via Lembanna: 156 orang
- Pendaki lintas jalur Bulu Baria–Lompobattang–Bawakaraeng–Ramma–Danau Tanralili: 17 orang
Lonjakan massa pendaki ini relatif stabil dibandingkan tahun sebelumnya, dengan jalur Bulu Balea dan Tassoso masih menjadi favorit utama.
Kondisi Pendaki
Meski situasi secara umum terkendali, beberapa insiden kesehatan dilaporkan di lapangan. Petugas pos SAR menerima laporan adanya pendaki yang mengalami gangguan fisik ringan hingga berat, antara lain:
- Hipotermia: 17 orang, tersebar di Pos 8 dan Pos 10
- Cedera pergelangan/tengkikan: 2 orang (tercatat di Pos 8)
- Terpisah dari rombongan: 2 orang, terdeteksi di sekitar Pos 8
- Gangguan lambung: 1 orang di Pos Bulukbaklea
- Sakit kepala berat: 1 orang di Pos Bulukbaklea
Seluruh kasus ringan hingga sedang ditangani langsung di lokasi oleh petugas kesehatan dan relawan.
Namun demikian, insiden terberat terjadi pada seorang pendaki laki-laki berusia 24 tahun, berinisial IR, asal Bone. Yang bersangkutan mengalami Trouble (Sakit) , Tim Sar segera mengevakuasi, namun naas di Pos 8 dinyatakan meninggal dunia (MD), untuk diketahui Korban melakukan pendakian Lintas cincin 3 gunung dan berangkat mulai tanggal 12 Agustus 2025 via Bulubaria. Tim SAR kemudian melakukan proses evakuasi jenazah menuju Pos Buluballea sebelum dipulangkan ke pihak keluarga di Kabupaten Bone.
Kekuatan Petugas Siaga SAR
Untuk mengamankan arus pendakian ribuan massa, total 347 petugas Siaga SAR dikerahkan di berbagai titik strategis jalur pendakian. Rinciannya:
- Tim Rescue Dinas Damkarmat Kota Makassar: 17 orang
- Tim Redkar Makassar: 11 orang
- Ditambah unsur gabungan dari Basarnas, TNI-Polri, relawan pecinta alam, tenaga medis, serta perangkat pemerintah daerah.
Pos-pos siaga ditempatkan di Pos 10, Pos 8, Pos 7, Pos 5, Pos Sungai Tiga, Pos Ramma, Pos Buluballea, serta Posko Lembanna sebagai pusat koordinasi. Keberadaan pos ini berfungsi ganda: menjaga keselamatan jalur, mengatur arus pendaki, serta menangani keadaan darurat.
Kondisi Cuaca
Hingga sore itu, kondisi cuaca di kawasan puncak Bawakaraeng terpantau berawan dengan suhu 17°C. Angin berhembus relatif tenang dengan kecepatan sekitar 3 km/jam. Meski tidak terjadi hujan, suhu dingin ditambah kelembapan tinggi membuat risiko hipotermia tetap signifikan, terutama bagi pendaki tanpa perlengkapan standar.
Situasi Terkini
Meski adanya insiden medis, laporan terakhir menegaskan bahwa situasi secara keseluruhan aman dan terkendali. Arus pendaki menuju puncak relatif tertib, dan upacara pengibaran bendera merah putih di ketinggian direncanakan tetap berlangsung sesuai jadwal.
Pihak SAR terus mengimbau agar seluruh pendaki menjaga kebersamaan, tidak terpisah dari rombongan, serta memperhatikan kondisi tubuh masing-masing. Perlengkapan pribadi seperti jaket tebal, matras, dan logistik hangat tetap menjadi syarat utama keselamatan.
Tradisi Pendakian Merah Putih
Pendakian massal Gunung Bawakaraeng setiap 17 Agustus bukan sekadar aktivitas rekreasi. Sejak puluhan tahun lalu, gunung ini dikenal sebagai salah satu titik spiritual penting bagi masyarakat Sulawesi Selatan. Ribuan orang menancapkan bendera merah putih di puncaknya sebagai simbol cinta tanah air dan doa bersama untuk bangsa.
Gunung Bawakaraeng sendiri memiliki makna khusus. Nama “Bawakaraeng” dalam bahasa Makassar berarti Kepala Tuhan. Tak heran jika gunung ini tidak hanya dipandang sebagai objek wisata, tetapi juga sebagai situs religius dan spiritual.
Dalam momentum HUT ke-80 RI tahun ini, kehadiran lebih dari empat ribu pendaki mempertegas makna kebersamaan nasional: dari anak muda, komunitas pecinta alam, kelompok adat, hingga masyarakat umum berkumpul dalam satu ikatan merah putih.
Imbauan Resmi
Mengantisipasi padatnya arus balik pendaki, tim SAR kembali menekankan beberapa poin:
- Pendaki diharapkan segera turun setelah prosesi peringatan, mengingat kondisi malam hari di puncak berisiko tinggi terhadap hipotermia.
- Kelompok rombongan jangan terpecah, karena kabut tebal dapat menyebabkan tersesat.
- Buang sampah pada tempatnya, demi menjaga kelestarian lingkungan Bawakaraeng.
- Utamakan keselamatan dibanding target puncak, terutama bagi pendaki pemula.
Catatan Khusus: Hipotermia di Gunung Tropis
Kasus hipotermia yang menimpa belasan pendaki, termasuk korban jiwa, menjadi catatan serius. Meskipun berada di iklim tropis, suhu di atas ketinggian 2.500 mdpl dapat turun drastis, apalagi ketika cuaca berawan.
Hipotermia terjadi ketika suhu tubuh menurun di bawah 35°C. Gejala awal biasanya berupa menggigil hebat, kebingungan, dan kelelahan ekstrem. Jika tidak segera ditangani dengan penghangatan, kondisi ini bisa berujung fatal.
Petugas SAR mengingatkan pentingnya perlengkapan standar: jaket tebal, sarung tangan, kaos kaki kering, sleeping bag, serta konsumsi makanan berkalori tinggi.
Kesimpulan
Laporan resmi Situasi Siaga Merah Putih 2025 per 17 Agustus 2025 pukul 15.00 WITA menyatakan:
- Total pendaki: 4.189 orang
- Insiden kesehatan: 22 kasus (17 hipotermia, 2 terkilir, 2 terpisah, 1 asam lambung, 1 sakit kepala)
- Korban jiwa: 1 orang
- Jumlah petugas SAR: 347 orang
- Kondisi cuaca: 17°C, berawan, angin 3 km/jam
- Situasi umum: Aman dan terkendali
Tradisi pendakian massal Bawakaraeng kembali membuktikan daya tariknya sebagai simbol patriotisme sekaligus ujian kesiapan fisik. Meski tragedi duka mewarnai, semangat merah putih tetap berkibar di puncak gunung yang sakral ini.
0 Komentar